4 Fakta Terkait Penis Patah, Laki-laki Perlu Tahu
Penis patah dapat terjadi pada semua pria saat mengalami ereksi. (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Jakarta - Kondisi penis patah bisa saja terjadi. Tapi tentunya 'patah' di sini tidak bisa disamakan dengan artian ketika lengan seseorang mengalami patah tulang.Hal ini dikenal sebagai fraktur penis, dan itu terjadi ketika penis ereksi mengalami sebuah dorongan atau tekanan secara paksa.
Dikutip dari Men's Health, berikut ini adalah fakta-fakta terkait kejadian penis patah yang harus kamu ketahui, khususnya para pria nih.
1. Bagaimana itu terjadi
Penis terdiri dari tiga tabung silindris. Dua tabung yang lebih besar disebut corporeal body yang bisa diandaikan sebagai 'balon'.
Nah, 'kulit' dari balon-balon ini adalah tunica albuginea, sebuah jaringan yang mengembang baik panjang dan lebar selama ereksi menurut penjelasan dari Jacob Rajfer, MD, profesor urologi di David Geffen School of Medicine, UCLA.
Tabung ketiga, lebih kecil dan terletak di bagian bawah penis yakni uretra, tempat pria buang air kecil.
Ketika terangsang, darah mengalir ke dua tabung yang lebih besar, dan tekanan meningkat. Itu membuat penis kaku dan sulit ditekuk. Ketika itu mengalami semacam dorongan atau terlalu banyak bergerak itu dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan.
"Jaringan di sekitarnya yang menahan tekanan di dalamnya tidak tahan lagi," kata Dr Rajfer.
"Dan saat itulah terjadi pecahan." Ouch.
2. Apa tandanya?
Serius, ketika kamu mengalami penis patah kamu pasti akan segera menyadarinya. Salah satu gejala yang paling jelas adalah suara pecah atau 'pop' yang sebenarnya suara robeknya jaringan.
Tentu saja ereksi akan berhenti seketika, kemudian muncul bengkak, memar biru kehitamanan, dan rasa sakit. Sakit banget.
Jika cedera juga memengaruhi uretra, kamu mungkin melihat darah saat buang air kecil. Ini berarti uretra telah robek.
3. Apa yang dilakukan selanjutnya
Para dokter dapat mengkonfirmasi fraktur penis melalui pemeriksaan klinis dan juga dengan tes seperti urethrogram, pemindaian MRI, atau cavernosogram, yang merupakan sinar-X pada penis.
Kadang-kadang, diperlukan sistoskopi, prosedur di mana tabung berlubang yang dilengkapi lensa dapat melihat langsung ke dalam uretra untuk menentukan apakah itu benar-benar robek atau tidak.
Biasanya juga kasus ini memerlukan pembedahan untuk memperbaiki robekan pada jaringan penis. Jangan menundanya terlalu lama untuk segera ke dokter karena dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Bekas luka ini dapat menyebabkan lengkungan pada penis ketika ereksi, atau mungkin menemukan sulit untuk 'berdiri', karena jaringan yang menahan darah dengan ereksi rusak, mengakibatkan disfungsi ereksi (DE).
Jika kamu mengunjungi dokter tepat waktu dan menjalani operasi dalam waktu 72 jam setelah cedera, prognosis cukup baik, kata Dr Rajfer. Pasien bisa diperbolehkan berhubungan seks lagi sekitar 4 hingga 6 minggu pasca operasi.
Fraktur penis adalah kondisi yang relatif tidak umum. Tetapi ada beberapa posisi seks yang tampaknya sedikit lebih berisiko untuk penis. Dalam sebuah penelitian di Brasil, setengah dari penis patah yang terjadi saat berhubungan seks adalah dari posisi woman on top. Sebagai perbandingan, hanya 21 persen kasus yang berasal dari misionaris.
Leonardo Reis, MD, PhD, penulis studi tersebut menuturkan itu mungkin dikarenakan ketika wanita di atas, ia mengendalikan gerakan, dan seluruh berat tubuhnya 'mendarat' di penis ereksi. Ditambah lagi, jika ada kesalahan, dia mungkin tidak akan bisa menghentikannya pada waktunya.
Selain itu, Dr Rajfer menyarankan untuk tidak benar-benar ereksi dengan sempurna sebelum melakukan penetrasi pada pasangan karena kemungkinan terpelintir atau terlukanya bisa jadi lebih besar. Sekadar saran, ya guys. (ask/up)
Post a Comment