5 Video Game Menjanjikan yang Hancur Karena Microtransaction
Tidak ada gamers yang suka dengan microtransaction. Sayangnya, beberapa developer tetap memilih untuk bersikukuh dengan memasukkan ‘praktik bisnis licik’ ini kedalam game mereka. Untuk sekarang, microtransaction bisa dibilang merupakan hal yang paling dibenci oleh gamers dari video game.
Salah satu strategi monetisasi manipulatif ini, menghasilkan sebuah konsekuensi atau dampak buruk terhadap video game yang menyematkan dirinya didalamnya. Bahkan tak jarang, sejumlah game yang menjanjikan, harus berakhir rusak atau mati karena microtransaction itu sendiri. Berikut 5 video game menjanjikan yang hancur karena microtransaction.
Pada April kemarin, EA sebenarnya telah merubah microtransaction pada Battlefront II agar jadi lebih bersahabat. Namun, rasa ragu pemain sudah kian menjamur, sehingga penjualan Battlefront II semakin menurun dan EA tidak dapat memulihkan keadaan yang memburuk, akibat dari kerakusan yang mereka ciptakan sendiri.
Tak sampai disitu saja, kosmetik yang harusnya jadi fitur standar dan gratis atau mungkin setidaknya mudah untuk diraih, malah dibuat sulit dengan keterlibatan microtransaction didalamnya.
Ketika para pemain mulai bertanya “buat apa?”, Square Enix dengan tegas menjawab bahwa langkah ini dimaksudkan agar gamers bisa menyelesaikan Mankind Divided dengan ‘sedewa’ mungkin sedari awal. Padahal, langkah semacam ini justru merusak pengalaman bermain dari game itu sendiri
Sejak mendapat banyak kecaman, WB mulai berbenah dengan sepenuhnya menghapus microtransaction pada Shadow Of War di awal tahun 2018. Namun, tetap saja, kerusakan telah dibuat dan WB selamanya akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari para pemainnya.
Evolve sempat berubah menjadi free-to-play di pertengahan 2016, namun itu sudah terlambat. Akhirnya, server multiplayer Evolve resmi dimatikan pada Juli tahun ini, meski pada faktanya masih bisa dimainkan bersama-sama via koneksi peer-to-peer. Karena masalah ini, Evolve bisa dikatakan merupakan awal dari kelicikan bisnis di era modern industri video game.
Salah satu strategi monetisasi manipulatif ini, menghasilkan sebuah konsekuensi atau dampak buruk terhadap video game yang menyematkan dirinya didalamnya. Bahkan tak jarang, sejumlah game yang menjanjikan, harus berakhir rusak atau mati karena microtransaction itu sendiri. Berikut 5 video game menjanjikan yang hancur karena microtransaction.
1. Star Wars Battlefront II
Secara jelas, Star Wars Battlefront II dibangun dengan tujuan untuk menjarah uang pemain sebanyak mungkin. Hampir setiap aspek mulai dari skin karakter hingga upgrade senjata, melibatkan microtransaction ‘ganas’ didalamnya.
Pada April kemarin, EA sebenarnya telah merubah microtransaction pada Battlefront II agar jadi lebih bersahabat. Namun, rasa ragu pemain sudah kian menjamur, sehingga penjualan Battlefront II semakin menurun dan EA tidak dapat memulihkan keadaan yang memburuk, akibat dari kerakusan yang mereka ciptakan sendiri.
2. NBA 2K18
2K Games nampaknya berusaha untuk menguji seberapa jauh mereka dapat mendorong monetisasi, ketika merilis NBA 2K18. VC menjadi nama dari mata uang virtual pada NBA 2K18, yang sebenarnya bisa didapatkan dengan cara bermain seperti biasa. Namun, seiring berjalannya permainan, pemain seakan dipaksa untuk merogoh uang lebih dari dompet mereka, guna menghindari grinding yang sangat lama.3. Deus Ex: Mankind Divided
Square Enix mengejutkan banyak pihak ketika memutuskan untuk memasukkan microtransaction kedalam Deus Ex: Mankind Divided. Yang aneh disini adalah, Mankind Divided merupakan game yang sepenuhnya single-player, dimana skema monetisasi seperti ini seharusnya tidak diperlukan.Ketika para pemain mulai bertanya “buat apa?”, Square Enix dengan tegas menjawab bahwa langkah ini dimaksudkan agar gamers bisa menyelesaikan Mankind Divided dengan ‘sedewa’ mungkin sedari awal. Padahal, langkah semacam ini justru merusak pengalaman bermain dari game itu sendiri
4. Middle Earth: Shadow Of War
Setelah awalan yang sangat baik dengan Shadow Of Mordor, Warner Bros merusak sekuelnya yaitu Shadow Of War, dengan menyuntikkan microtransaction berbasis loot-box. Pemain akan menemui banyak sistem berbasis judi pada Nemesis System-nya, yang memprioritaskan pembelian dengan uang nyata.Sejak mendapat banyak kecaman, WB mulai berbenah dengan sepenuhnya menghapus microtransaction pada Shadow Of War di awal tahun 2018. Namun, tetap saja, kerusakan telah dibuat dan WB selamanya akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari para pemainnya.
5. Evolve
Evolve sejatinya memiliki gameplay yang sangat solid, bersama dengan konsep yang cukup unik, yang naasnya harus hancur gara-gara microtransaction yang diimplementasikan kedalamnya. Alhasil, Evolve menjadi game yang hampir tidak dapat dinikmati bagi siapapun yang tidak mau mengeluarkan ‘uang lebih’.
Evolve sempat berubah menjadi free-to-play di pertengahan 2016, namun itu sudah terlambat. Akhirnya, server multiplayer Evolve resmi dimatikan pada Juli tahun ini, meski pada faktanya masih bisa dimainkan bersama-sama via koneksi peer-to-peer. Karena masalah ini, Evolve bisa dikatakan merupakan awal dari kelicikan bisnis di era modern industri video game.
Post a Comment