Cerita Anak Muda Sukses Bikin Game yang Mendunia hingga ke Layar Lebar
BANDUNG - Pencapaian karier di usia muda, tentulah menjadi impian semua orang. Namun hal itu memanglah tak mudah dan tak banyak pula yang berhasil mencapai impiannya, di usia muda.
Konsisten dan terus berusaha keras harus dilakukan untuk berada di puncak karir. Hal itulah yang dilakukan Rachmad Imron, pendiri studio game Digital Happiness..
Digital Happiness merupakan pencipta seri game DreadOut. Siapa sih yang enggak kenal dengan game DreadOut? Game yang bertemakan horor ini banyak digemari para gamers baik di dalam maupun luar negeri.
DreadOut sendiri, menurut Rachmad tadinya hanyalah merupakan sebuah khayalannya untuk menciptakan game lokal yang dapat mendunia. Kurangnya modal dan banyak hal lainnya, membuat DreadOut ini, sempat di kubur dalam-dalam dalam angan-angan Rachmad.
Mimpi itu sempat terkubur, tapi saya berhasil menggali kuburan mimpi itu, dan saya jadikan mimpi itu, menjadi kenyataan dalam karya saya," kata Rachmad saat ditemui Okezone belum lama ini. Sukses dengan DreadOutnya, bukan menjadi akhir perjalanan Digital Happiness. Untuk menjaga konsistensi di dunia game, Rachmad mengatakan saat ini, ia bersama teman-teman di Digital Happiness tengah menggodok DreadOut seri keduanya.
"Kita mencapai sesuatu kita harus bekerja keras. Dan untuk mempertahankannya dua kali lebih keras," ungkapnya.
Selain mengusung DreadOut dua, game horor itu pun bakal diangkat di layar lebar pada awal tahun 2019. Diangkatnya DreadOut ke layar lebar, ungkap Rachmad, memang sudah direncanakan.,
Sebelum kemarin rilis game-nya, juga sudah banyak yang menawari kita untuk dibuatkan film. Tepatnya pada 2015 kemarin, akhirnya kita join sama Mo Brother," jelasnya.
Kesuksesannya dalam menggawangi Digital Happiness, diakui tidaklah mudah. Ia mengatakan, butuh perjalanan panjang, usaha yang keras serta dibarengi konsistensi untuk mencapai impiannya tersebut.
"Intinya sih, yah saya juga sering bilang sama temen-temen di kantor di studio, ide itu murah, yang bikin mahal itu saat kita bisa mengimplementasikannya, jadi segimana keren ide lo, dahsyatnya ide lo, enggak usah terlalu beranggapan ide gue mahal nih, gak bisa seperti itu. Yang bernilai itu saat sudah diimplementasi jadi produk, itu yang berharga di situ. Itu aja sih. Enggak perlu mikirin ide kerjain dulu," jelasnya.
Dalam momentum peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, Rachmad berpesan untuk para kaum muda, untuk menjadikan momentum ini sebagai pemersatu bangsa.
"Kalau di era digital inikan, salah satu bisa bermata dua, bisa jadi pemersatu atau jadi pemecah. Kita harus melihatnya satu kadang memang nasionalisme itu bukan hanya sekedar kata-kata. Kita sudah jadi individu yang global. Jangan sampai kisruh di lokal, karena kita tujuannya global," tandasnya.
Sumber: Okezone
Konsisten dan terus berusaha keras harus dilakukan untuk berada di puncak karir. Hal itulah yang dilakukan Rachmad Imron, pendiri studio game Digital Happiness..
Digital Happiness merupakan pencipta seri game DreadOut. Siapa sih yang enggak kenal dengan game DreadOut? Game yang bertemakan horor ini banyak digemari para gamers baik di dalam maupun luar negeri.
DreadOut sendiri, menurut Rachmad tadinya hanyalah merupakan sebuah khayalannya untuk menciptakan game lokal yang dapat mendunia. Kurangnya modal dan banyak hal lainnya, membuat DreadOut ini, sempat di kubur dalam-dalam dalam angan-angan Rachmad.
Mimpi itu sempat terkubur, tapi saya berhasil menggali kuburan mimpi itu, dan saya jadikan mimpi itu, menjadi kenyataan dalam karya saya," kata Rachmad saat ditemui Okezone belum lama ini. Sukses dengan DreadOutnya, bukan menjadi akhir perjalanan Digital Happiness. Untuk menjaga konsistensi di dunia game, Rachmad mengatakan saat ini, ia bersama teman-teman di Digital Happiness tengah menggodok DreadOut seri keduanya.
"Kita mencapai sesuatu kita harus bekerja keras. Dan untuk mempertahankannya dua kali lebih keras," ungkapnya.
Selain mengusung DreadOut dua, game horor itu pun bakal diangkat di layar lebar pada awal tahun 2019. Diangkatnya DreadOut ke layar lebar, ungkap Rachmad, memang sudah direncanakan.,
Sebelum kemarin rilis game-nya, juga sudah banyak yang menawari kita untuk dibuatkan film. Tepatnya pada 2015 kemarin, akhirnya kita join sama Mo Brother," jelasnya.
Kesuksesannya dalam menggawangi Digital Happiness, diakui tidaklah mudah. Ia mengatakan, butuh perjalanan panjang, usaha yang keras serta dibarengi konsistensi untuk mencapai impiannya tersebut.
"Intinya sih, yah saya juga sering bilang sama temen-temen di kantor di studio, ide itu murah, yang bikin mahal itu saat kita bisa mengimplementasikannya, jadi segimana keren ide lo, dahsyatnya ide lo, enggak usah terlalu beranggapan ide gue mahal nih, gak bisa seperti itu. Yang bernilai itu saat sudah diimplementasi jadi produk, itu yang berharga di situ. Itu aja sih. Enggak perlu mikirin ide kerjain dulu," jelasnya.
Dalam momentum peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, Rachmad berpesan untuk para kaum muda, untuk menjadikan momentum ini sebagai pemersatu bangsa.
"Kalau di era digital inikan, salah satu bisa bermata dua, bisa jadi pemersatu atau jadi pemecah. Kita harus melihatnya satu kadang memang nasionalisme itu bukan hanya sekedar kata-kata. Kita sudah jadi individu yang global. Jangan sampai kisruh di lokal, karena kita tujuannya global," tandasnya.
Sumber: Okezone
Post a Comment